Gondang sabangunan atau ogung sabagunan ialah separangkat gendang dan gong merupakan instrumen inti musik gondang batak. Gondang sabangunan terdiri dari: tagading, ogung dan sarune. Tagading terdiri dari lima jenis,sedangkan ogung terdiri dari: ogung oloan, ogung ihutan, ogung doal dan ogung jeret. Sarune juga terdiri dari lima lobang. Umumnya gondang sabangunan dimainkan untuk memohon berkat dari arwah para leluhur.
Gondang Raja Silahisabungan dikenal dengan nama:"Gondang sitolupulutolu"
dan dibunyikan dalam acara horja bius di Silalahi nabolak. Gondang Silahisabungan berbeda dengan gondang Toba yang sering kita dengar. Gondang sitolupulutolu adalah perpaduan dari gondang Toba,Karo,Pakpak dan Simalungun. Dibandingkan dengan gondang Toba, maka gondang Silahisabungan bentuknya lebih kecil,baik gondangnya ataupun sarunenya tetapi suaranya lebih nyaring. Sebab itu ketika upacara menarik kerbau diadakan yg akan dilahat ke hau borotan diiringi gondang Silahisabungan,maka kerbau itu akan kelihatan lebih liar. Sebaliknya kalau diiringi dengan gondang Toba maka
kerbau yang mau digiring tampak lebih jinak.
Makna Gondang Silahisabungan adalah sitolu gugung,sitolu harajaon,sisada hadirion. Berhubungan dengan alam kepercayaan yang dianut Raja Silahisabungan saat itu dimana dipercaya tiga alam kosmos dan tiga penguasanya yaitu: "Batara guru sebagai penguasa banua ginjang, Soripada sebagai penguasa banua tonga, dan Mangalabulan sebagai penguasa banua toru.
Gondang ini diciptakan oleh kakek Raja Silahisabungan.Raja silahisabungan memaknai dalam pengalaman hidupnya bahwa kehidupan ditentukan oleh tiga unsur yaitu :Langit sebagai sumber pernafasan(udara),darat sebagai sumber makanan dan laut sebagai sumber air minum(air). Ketiga unsur tersebut dipercaya dikuasai oleh suatu kekuatan yaitu Mulajadi Nabolon.
Ulos Raja Silahisabungan juga berbeda denga ulos batak pada umunya.Ulos tersebut disebut ulos gobar mempunyai garis putih di permukaannya. Demikian sekedar informasi bagi orang tapanuli terutama bagi keturunan Silahisabungan dimanapun berada.
Horas
Marga Manurung yang ada di sekitar kita sdh tdk asing lagi ditelinga,Gurgur
Manurung(Pemerhati lingkungan),Tetty Manurung(penyanny) adalah sebagian
keturunan dari Toga Manurung.Orangtua yang baik,pasti mengajarkan kepada
mereka asal-usul mereka.Tetapi masih banyak orang yang tdk mengetahui
asal-usul mereka karena memang tdk peduli arti sebuah marga atau tdk pernah
diceritakan oleh orangtua mereka.
Bagi mereka yang ingin mengetahui, dibawah saya tuliskan sedikit tentang
Silsilah Toga Manurung,dan bila kurang lengkap,mohon dikoreksi.
Toga Manurung adalah anak Raja Mangarerak dari Isteri pertama.Raja
Mangarerak ini punya isteri dua.Dari Isteri pertama lahir Toga manurung dan
Raja Sitorus.Sedangkan dari Isteri kedua lahir Purba dan Tanjung.Toga
Manurung mempunyai anak tiga yaitu:Hutagurgur,Hutagaol dan Simanoroni.
Sebagian keturunan Toga Manurung ini mendiami daerah
Janjimatogu,Sionggang,dan Sibisa.Sebahagian lagi bertempat tinggal di
daerah Banuarea Marom,Sibuntuon,Janjimaria dan Sigaol Uluan.
Diantara keturunan Manurung ini ada yang bernama "Partigatigasipunjung"
meninggalkan daerah Uluan ke Pematang Siantar.Orangtuanya mempunyai dua
isteri.Dia juga membawa adiknya seorang perempuan(itonya) dari lain ibu
ikut bersamanya ke Pematang Siantar.Mereka bertempat tinggak didaerah
Suhajan.Didaerah tsb mereka sudah menemukan marga Sitanggang dan marga
Manik.Pada saat mereka bertemu dengan warga setempat,mereka ditanya apa
marganya.Lalu Partigatigasipunjung menjawab bahwa mereka adalah marga
Manik,karena didaerah tsb mayoritas adalah marga Manik.
Jadi Partigatigasipunjung dan keturunannya memakai marga Manik didaerah
tersebut.
Setelah beberapa lama tinggal didaerah tsb,Keturunan Partigatigasipunjung
mengadakan kesepakatan dengan marga Manik untuk mengusir marga Sitanggang
dari daerah itu(pematang Siantar).Peperangan antar marga terjadi,dan marga
Sitanggang kalah dan melarikan diri ke Tanah Jawa(Tano Jawa).
Akhirnya Keturunan Partigatigasipunjung menguasai daerah tsb dan mereka
mendiami daerah Sitanggang sebelumnya.
Inilah sedikit riwayat Partigatigasipunjung dari marga Manurung menjadi
marga Manik.
Partigatigasipunjung ini mempunyai anak satu yang bernama Bah Bolak I.
Sedangkan Bah Bolak I mempunyai dua anak yaitu: Bah Bolak II dan Raja
Naihorsik.Dari peristiwa diatas menunjukkan bahwa Ada marga Manurung
memakai marga Manik di Pematang Siantar.Apakah ini sdh diteliti marga
Manurung? Atau mereka itu sdh keluar dari marga Manurung dan masuk marga
Manik?
Siboro
Anda mungkin mengetahui bahwa sebagian marga Siboro memakai marga Purba.
Dahulukala tersebutlah dua orang kakak-adik dari keturunan Siboro yang
bernama Raja langit dan Raja Ursa.Ayah mereka ini bernama
Tentangniaji.Mereka mengadakan perjalanan ke daerah Dairi.Setelah sampai di
Tungtungbatu,maka Raja langit menikah dengan seorang wanita yang melahirkan
seorang anak dan diberi nama Tungtungbatu.Keturunan Tungtungbatu inilah
yang memakai marga Purba didaerah itu.Sedangkan Raja Ursa meneruskan
perjalanannya ke lehu dan menikah disana dgn seorang wanita yang melahirkan
seorang anak yang diberi nama Raja Lehu,keturunannnya juga memakai marga
Purba.
Kemudian mereka berdua meninggalkan daerah itu menuju daerah
Simalungun.Raja Langit bermukim di di Langgiung Purba dan menikah lagi
ditempat ini.
dari wanita yang dinikahinya lahir dua anak yang diberi nama::Raja
Parultop(Datu Parulas) dan Tuan Purba.Demikian juga Raja Ursa,tdk mau kalah
dengan saudaranya.Dia pergi menuju Nagasaribu Simalungun dan menikah lagi
dan isterinya melahirkan dua anak yang diberi nama:Raja Nagasaribu dan Tuan
Binangara. Keturunan anak2nya ini memakai marga Girsang.Klan yang masuk
marga ini adalah Girsang Rumaparik,Girsang Parhara dan Girsang Silangit.
Raja Parultop sebelumnya disebut Datu Parulas,tetapi karena pekerjaannya
selalu marultop,maka dia dipanggil Raja Parultop.Ultop pada jaman itu
dipakai untuk menangkap burung.Alat ini terdiri dari sepotong bambu dan
dilengkapi dengan alat yang tajam yang dimasukkan kedalam bambu tsb dan
ditiup untuk meluncurkan alat semacam panah kesasaran tembak.Raja Parultop
inipun menikah dan isterinya melahirkan seortang anak yang bernama
Suha.Setelah si Suha ini dewasa,dia menikah dan lahir anaknya yang diberi
nama Tuan Hinalang.Keturunan Suha ini memakai marga Siboro.
Suatu ketika Raja Parultop melihat seekor burung,dia mengintai burung itu
sembari membawa ultopnya.Pada saat-saat dia mulai siap2 meniup
ultopnya,burung tsb terbang.Dia ikuti terus kemana burung terbang,dan
berpesan kepada orangtuanya bahwa bila mereka melihat daun2an layu berarti
pertanda bahwa dia mengalami kesulitan dalam perjalanannya,dan segera
meminta agar menyuruh orang melihatnya.
Burung yang diikutinya sudah sampai ke daerah Sagala.Setelah dia sampai ke
huta Sagala,tiba2 dia melihat seseorang tiarap mengintai seekor babi hutan
yang lehernya berkalungkan rantai.Dia lalu bertanya,mengapa dia bersembunyi
di semak-semak.lalu laki2 itu menjawab:"Tanaman saya habis dimakan babi
hutan yang berkalungkan rantai itu.Tapi saya kesulitan menangkap babi
tsb.Lalu Raja parultop menawarkan diri untuk menangkapnya.Kalau kamu
kesulitan menangkapnya,maka saya akan bantu saudara menangkapnya.Laki2
itupun senang dan dia berkata:"Bila kamu berhasil menangkap binatang itu
maka saya akan memberikan anak saya untuk dijadikan isteri.Aku memiliki
tujuh gadis,dan terserah kamu memilihnya."
Raja parultop dgn laki2 itu mengadakan perjanjian dan sepakat untuk
memenuhi perjanjian diantara mereka.
Raja Parultop meminta kepada laki2 itu demikian:"Bila saya meninggal,agar
jangan langsung dikubur,tapi bawalah saya ke sopo(semacam tempat
peritirahatan).Baiklah ,kata laki2 itu,lalu laki2 itu menunjukkan tempat
babi hutan yg merusak tanamannya(aili) kepada raja Parultop.Raja parultop
langsung menggunakan ultopnya ..Tesss..Babi hutan kena bidikannya dan
mati.Tiba2 datang semacam burung elang yg berkepala tujuh(lali sipitu ulu)
untuk memukul Raja Parultop.Dibidiknya juga lali sipitu ulu(Burung elang
yang berkepala tujuh) dan kena..dan mati.tetapi sial baginya,bangkai lali
sipitu ulu menimpa tubuhnya dan Raja Parultop ikut tewas.Sesuai dengan
janji mereka,Bangkai Raja Parultop dibawa ke sopo.
Dengan kematian raja parultop,maka daun2an atau bunga menjadi layu sebagai
tanda pesan Raja parultop ke orangtuanya.Sesuai pesannya,orangtuanya
memerintahkan anak raja Parultop yang bernama Suha mencarinya.Suhapun pergi
mencari ayahnya dan ditemukan Raja parultop ayahnya telah terbujur
meninggal di sopo.Dengan ilmu yang dimiliki oleh Suha,dia meletakkan
semacam pencegah kematian keatas tubuh ayahnya yang dalam bahasa batak
disebut:Taoar pangabangabang,Taoar pangubungubung,sipangolu naung
mate,siparata naung busuk.Dengan meletakkannya kebuh sang ayah,ahirnya Raja
parultop hidup kembali.
Berhubung Raja Parultop hidup kembali,maka laki2 tsb memenuhi janji(padan)
yang telah disepakati dan menawarkan agar raja parultop memilih satu dari
ketujuh wanita itu sebagai isterinya.
Baiklah kata raja Parultop,sebelum saya menentukan pilihan,saya mau
mengundang ketujuh putrinya untuk melewati sebuah sungai.Mereka bertujuh
disuruh Raja Parultop menyeberangi sungai yang ada didesa itu.Putri pertama
hingga keenam memakai pakaian yang indah dan selalu mengangkat pakaiannya
pada saat menyeberangi sungai agar tdk basah,tetapi putri ketujuh memakai
pakaia yg paling jelek diantara mereka membiarkan pakaiannya basah
menyeberangi sungai itu.Dia tdk mengangkatnya.Lalu Raja Parultop menentukan
bahwa putri yang berpakaian jelek itu saja sebagai isterinya.Karena dialah
yang mengetahui adat dan mengerti kesopanan.Nama Putri itu adalah
Asangpagar.Dialah menjadi isteri Raja Parultop yang melahirkan tiga anak
baginya.
Si Suha juga menetap tinggal didaerah Sagala dan menikah disana.Isterinya
melahirkan satu anak dan dinamai Raja Suha. Demikianlah cerita keturunan
Guru Tentangniaji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar